Waktu seakan berhenti di pinggir Grande Canal, Venesia, Italia. Bola raksasa memantulkan kilatannya di liukan air kanal. Jejeran meja dan kursi yang ditata dengan bunga apik mengundang pengunjung. Seporsi spaghetti bolognise dengan anggur merah Italia menggenapi senja.
Puluhan, bahkan ratusan perahu melintasi kanal Grande dan menyusup di bawah Ponte di Rialto atau jembatan Rialto. Perahu-perahu itu menaikkan dan menurunkan penumpang di pinggir kanal dengan dermaga yang panjangnya sekitar 5 meter. Salah satu jenis angkutan air itu adalah Gondola yang panjangnya 35 feet.
Asal sabar, tak sulit menemukan Gondola untuk disewa. Antrian Servizio Gondola bertenda hijau atau merah malah seakan tak mampu memotong antrian panjang para turis yang hendak menjajal Gondola. Sementara itu area parkir Gondola yang berupa tancapan kayu yang menyembul setinggi 2 meter dari permukaan air kanal, tak juga melabuhkan Gondola-nya.
Di Venesia, Gondola menjadi warisan tradisional turun temurun sang ayah pada anak laki-lakinya. Itu sebabnya, tak ada Gondolier atau pengemudi Gondola berjenis kelamin perempuan. Kecuali, Alexandra Hai, warga negara Jerman yang nekat menjadi Gondoliera untuk melajukan Gondola milik hotel lokal di Venesia.
Hai menjadi Gondoliera pertama setelah satu dekade menunggu untuk pekerjaan ini. Bulan lalu, pengadilan setempat memberi ijin pada Hai untuk memegang lisensi sebagai Gondoliera, tetapi hanya khusus untuk mereka yang menginap di hotel tersebut. Nyatanya, dia menjadi satu-satunya Gondoliera diantara 426 Gondolier yang ada di Venesia.
Gondola, magnet euro
Merunut sejarahnya, Gondola dulunya hanya untuk melayani kaum ningrat maritim di Venesia. Hingga akhirnya tahun 1094 Doge Vito Falier menerbitkan piagam yang membolehkan penduduknya membuat Gondola. Sejak saat itu, Gondola menjadi salah satu angkutan transportasi sehari-hari di Venesia.
Seiring berjalannya waktu, desain Gondola juga berubah sesuai dengan jamannya. Saat ini, Gondola memiliki panjang 10,87 meter dengan lebar 1,42 meter. Satu unit Gondola mampu menampung 1.200 kg, atau sekitar 6-7 penumpang dengan laju kecepatan hampir 3 knots.
Sebagai simbol dari Venesia, 30 tahun terakhir ini Gondola bak magnet yang menyerap ratusan hingga ribuan € per hari. Untuk perjalanan pendek selama 40 menit saja, Gondolier ini mengutip € 80. Ongkos ini € 30 lebih tinggi dari perjalanan Berlin-Venesia dengan pesawat udara.
Wajar bila mereka memungut dengan nominal segitu. Mereka harus mengembalikan investasi € 20.000-27.000 untuk satu unit Gondola tradisional yang memiliki masa pakai selama 20 tahun. Mereka harus bisa menutup modal itu dalam waktu kurang dari setahun. Sebagai kota yang paling makmur di Italia, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup yang tinggi di Venesia.
Para Gondolier ini harus punya lisensi untuk melajukan Gondola. Setiap tahun, asosiasi bisa mengeluarkan hampir 20 lisensi untuk para Gondolier. Di sini, bahkan ada sekolah khusus Gondolier.
Bisnis Gondola ini dikangkangi oleh sekitar 40 keluarga yang menjalankan 10 perusahaan Gondola. Asosiasi Gondoliers memang membatasi kepemilikan Gondola ini hanya untuk keluarga dan kawan-kawan dekatnya saja. Namun jejaring bisnis mereka tidak berhenti sampai disini. Mereka membiakkan lisensi untuk bisnis taksi air dengan perahu bermesin.
Seragam yang melekat khas dengan para Gondolier ini adalah kaos bergaris putih dan merah, atau putih dan biru tua. Kadang, mereka menggenapinya dengan topi yang terbuat dari anyaman bambu berlapis pita. Kayuhan Gondola membuat bentuk tubuh mereka menjadi kokoh dan kekar.
Setiap Gondolier mampu menggaet turis untuk 5-8 kali perjalanan setiap hari. Angka ini cukup kecil mengingat jam bekerja mereka mencapai 12 jam sehari. Bisnis Gondola ini menukik tajam pada bulan Januari. Bukan lantaran libur, tetapi karena mereka menyiapkan karnaval selama tiga minggu. Sesudahnya, mereka harus menggenjot pendapatan mereka.
Jika dihitung secara kasar, mereka bekerja selama 200 hari dalam setahun. Jika sehari saja mendapatkan 5 perjalanan dengan tarif € 80, maka mereka mengantongi sekitar € 400 per hari. Belum lagi tip yang rata-rata mereka dapatkan sekitar 20 € per perjalanan untuk cerita-cerita manis dan nyanyian Venesia.
Dus, total jenderal dalam sehari mereka setidaknya mengantongi € 500. Dalam setahun, pendapatan mereka total secara kontan sekitar 100.000!
Sekitar 18 juta turis datang menyambangi Venesia setiap tahun. Maka, wajar saja bila bus turis Vaporetto selalu dipadati oleh pelancong yang mengusung koper besar. Sekitar 80% dari mereka datang untuk sehari semalam, kemudian kembali ke negara asalnya. Sisanya, untuk tinggal selama beberapa hari di Venesia.
Jumlah kedatangan turis yang kian meningkat setiap tahun ini dibarengi dengan menurunnya populasi penduduk asli Venesia. Tahun 1951, Venesia padat dengan penduduk asli sekitar 171.000 jiwa. Sekarang, jumlahnya tak lebih dari 62.000 jiwa. Hitungan pemerintah setempat, jumlah ini akan semakin menciut lagi menjadi 8.000 pada 10 tahun yang akan datang.
Senja sudah habis. Saatnya Gondola diselimuti dengan kain berwarna biru dan disandarkan pada sang malam. (***)
Puluhan, bahkan ratusan perahu melintasi kanal Grande dan menyusup di bawah Ponte di Rialto atau jembatan Rialto. Perahu-perahu itu menaikkan dan menurunkan penumpang di pinggir kanal dengan dermaga yang panjangnya sekitar 5 meter. Salah satu jenis angkutan air itu adalah Gondola yang panjangnya 35 feet.
Asal sabar, tak sulit menemukan Gondola untuk disewa. Antrian Servizio Gondola bertenda hijau atau merah malah seakan tak mampu memotong antrian panjang para turis yang hendak menjajal Gondola. Sementara itu area parkir Gondola yang berupa tancapan kayu yang menyembul setinggi 2 meter dari permukaan air kanal, tak juga melabuhkan Gondola-nya.
Di Venesia, Gondola menjadi warisan tradisional turun temurun sang ayah pada anak laki-lakinya. Itu sebabnya, tak ada Gondolier atau pengemudi Gondola berjenis kelamin perempuan. Kecuali, Alexandra Hai, warga negara Jerman yang nekat menjadi Gondoliera untuk melajukan Gondola milik hotel lokal di Venesia.
Hai menjadi Gondoliera pertama setelah satu dekade menunggu untuk pekerjaan ini. Bulan lalu, pengadilan setempat memberi ijin pada Hai untuk memegang lisensi sebagai Gondoliera, tetapi hanya khusus untuk mereka yang menginap di hotel tersebut. Nyatanya, dia menjadi satu-satunya Gondoliera diantara 426 Gondolier yang ada di Venesia.
Gondola, magnet euro
Merunut sejarahnya, Gondola dulunya hanya untuk melayani kaum ningrat maritim di Venesia. Hingga akhirnya tahun 1094 Doge Vito Falier menerbitkan piagam yang membolehkan penduduknya membuat Gondola. Sejak saat itu, Gondola menjadi salah satu angkutan transportasi sehari-hari di Venesia.
Seiring berjalannya waktu, desain Gondola juga berubah sesuai dengan jamannya. Saat ini, Gondola memiliki panjang 10,87 meter dengan lebar 1,42 meter. Satu unit Gondola mampu menampung 1.200 kg, atau sekitar 6-7 penumpang dengan laju kecepatan hampir 3 knots.
Sebagai simbol dari Venesia, 30 tahun terakhir ini Gondola bak magnet yang menyerap ratusan hingga ribuan € per hari. Untuk perjalanan pendek selama 40 menit saja, Gondolier ini mengutip € 80. Ongkos ini € 30 lebih tinggi dari perjalanan Berlin-Venesia dengan pesawat udara.
Wajar bila mereka memungut dengan nominal segitu. Mereka harus mengembalikan investasi € 20.000-27.000 untuk satu unit Gondola tradisional yang memiliki masa pakai selama 20 tahun. Mereka harus bisa menutup modal itu dalam waktu kurang dari setahun. Sebagai kota yang paling makmur di Italia, mereka harus mencukupi kebutuhan hidup yang tinggi di Venesia.
Para Gondolier ini harus punya lisensi untuk melajukan Gondola. Setiap tahun, asosiasi bisa mengeluarkan hampir 20 lisensi untuk para Gondolier. Di sini, bahkan ada sekolah khusus Gondolier.
Bisnis Gondola ini dikangkangi oleh sekitar 40 keluarga yang menjalankan 10 perusahaan Gondola. Asosiasi Gondoliers memang membatasi kepemilikan Gondola ini hanya untuk keluarga dan kawan-kawan dekatnya saja. Namun jejaring bisnis mereka tidak berhenti sampai disini. Mereka membiakkan lisensi untuk bisnis taksi air dengan perahu bermesin.
Seragam yang melekat khas dengan para Gondolier ini adalah kaos bergaris putih dan merah, atau putih dan biru tua. Kadang, mereka menggenapinya dengan topi yang terbuat dari anyaman bambu berlapis pita. Kayuhan Gondola membuat bentuk tubuh mereka menjadi kokoh dan kekar.
Setiap Gondolier mampu menggaet turis untuk 5-8 kali perjalanan setiap hari. Angka ini cukup kecil mengingat jam bekerja mereka mencapai 12 jam sehari. Bisnis Gondola ini menukik tajam pada bulan Januari. Bukan lantaran libur, tetapi karena mereka menyiapkan karnaval selama tiga minggu. Sesudahnya, mereka harus menggenjot pendapatan mereka.
Jika dihitung secara kasar, mereka bekerja selama 200 hari dalam setahun. Jika sehari saja mendapatkan 5 perjalanan dengan tarif € 80, maka mereka mengantongi sekitar € 400 per hari. Belum lagi tip yang rata-rata mereka dapatkan sekitar 20 € per perjalanan untuk cerita-cerita manis dan nyanyian Venesia.
Dus, total jenderal dalam sehari mereka setidaknya mengantongi € 500. Dalam setahun, pendapatan mereka total secara kontan sekitar 100.000!
Sekitar 18 juta turis datang menyambangi Venesia setiap tahun. Maka, wajar saja bila bus turis Vaporetto selalu dipadati oleh pelancong yang mengusung koper besar. Sekitar 80% dari mereka datang untuk sehari semalam, kemudian kembali ke negara asalnya. Sisanya, untuk tinggal selama beberapa hari di Venesia.
Jumlah kedatangan turis yang kian meningkat setiap tahun ini dibarengi dengan menurunnya populasi penduduk asli Venesia. Tahun 1951, Venesia padat dengan penduduk asli sekitar 171.000 jiwa. Sekarang, jumlahnya tak lebih dari 62.000 jiwa. Hitungan pemerintah setempat, jumlah ini akan semakin menciut lagi menjadi 8.000 pada 10 tahun yang akan datang.
Senja sudah habis. Saatnya Gondola diselimuti dengan kain berwarna biru dan disandarkan pada sang malam. (***)