Kalau kamu mau rasakan nuansa khas Amazon di Indonesia,
Cigenter bisa jadi solusinya. Sungai yang berlokasi di Pulau Handeleum
ini menawarkan sensasi perjalanan yang berbeda. Masih masuk dalam
lingkupan Taman Nasional Ujung Kulon, sungai ini siap pacu adrenalinmu.
Bukan karena jeram sungainya, tapi justru dengan keheningan.
Sungai Cigenter, Pulau Handeleum, Ujung Kulon. | via: kaskus.co.id Canoe-ing menyusuri sungai sepanjang 12 km ini, kamu akan
merasa seperti sedang berpetualang di Sungai Amazon. Mata buaya yang
tiba-tiba menyembul keluar ke permukaan air atau ular yang melilitkan
tubuhnya di pohon sepanjang aliran sungai akan jadi pemandangan yang
kamu jumpai.
Sungai Cigenter, Pulau Handeleum, Ujung Kulon. | via: ginting.wordpress.com Kesan belantara pun makin kentara dengan kehadiran hutan mangrove
yang setia di sepanjang aliran sungai. Pesonanya enggak berhenti disitu,
kamu juga punya kesempatan untuk melihat rusa timorensis dan ular
python. Ngeri-ngeri mau gitu ya? Tapi, tenang aja, selama perjalanan
kamu akan dipandu oleh ranger setempat, kok.
Sungai Cigenter, Pulau Handeleum, Ujung Kulon. | via: krakatauvolcanotour.com SUMBER
Pulau Kenawa bisa jadi pilihan lain liburan kamu di Timur Indonesia. | via: komodogetawaytours.com
Kalau kamu sedang berkunjung ke Sumbawa Barat, NTB,
jangan lupa menyicip sensasi pulau pribadi di Kenawa. Pulau ini enggak
berpenghuni, terus belum banyak yang mengunjunginya juga. Jadi, liburan
kamu akan terasa lebih personal.
Pulau Kenawa, Sumbawa. | via: saferule.wordpress.com Dikelilingi pasir putih dan hamparan padang rumput yang mendominasi
pulau dengan luas 13 hektar ini kamu akan merasakan eksotisme alam yang
belum terjamah. Tersihir dengan lanskap yang begitu memukau. Gradasi air
laut yang begitu serasi. Bercampur dengan hijaunya bukit. Jangan
lupakan warna langit yang tak terlalu biru dan berakhir dengan sedikit
putih yang tepat di atas kepala.
Pulau Kenawa, Sumbawa. | via: youtube.com Kalau cuaca sedang baik, kamu bahkan bisa lihat Gunung Rinjani yang
berdiri dengan gagahnya. Melebur semua keindahan itu dengan atraksi
matahari terbenam. Ini saatnya kamu bilang, 'kenapa ada matahari
terbenam di hari yang sempurna?'.
Pulau Kenawa, Sumbawa. | via: lombokpanorama.com Buat kamu yang punya impian kemah di tepi pantai. Ini adalah tempat
yang sempurna untuk merealisasikannya. Buat api unggun, merasakan angin
malam yang begitu aduhai, juga tidur ditemani bunyi ombak.
Pulau Kenawa, Sumbawa. | via: ciutatlleo.wordpress.com Enggak cuma trekking, kamu bisa langsung memuaskan hasrat untuk snorkeling. Pemandangan bawah lautnya enggak kalah spektakuler. Jangan sampai lupa daratan, ya.
Merasa kecil saat bersanding dengan gunung batu di Uluru, Australia. | via: nomadify.me
Berjarak 18 kilometer dari Yulara, berdiri dengan angkuhnya sang raksaksa merah, Uluru. Gunung batu
yang tingginya melebihi Eiffel Tower ini sontak menarik perhatian. Kamu
bayangkan saja warna merah yang begitu kontras dengan langit biru
Australia dan hijau rerumputan yang mengalasinya.
Kemegahan Sang Raksaksa Merah, Uluru, di Tengah Gurun Australia. | via: wonders4u.wordpress.com Para tahun 1873, Uluru ditemukan oleh seorang penjelajah yang
menamakannya Ayers Rock, sesuai dengan nama Chief Secretary di South
Australia kala itu, Sir Henry Ayers. Para peneliti percaya, gunung batu
yang terlihat di Uluru merupakan puncak dari bebatuan raksaksa yang
masih terkubur beberapa kilometer di bawah tanah.
Kemegahan Sang Raksaksa Merah, Uluru, di Tengah Gurun Australia. | via: flickr.com Menjelajahi Uluru jadi salah satu aktivitas favorit yang bisa kamu
lakukan disini. Kalau punya waktu lebih lama, sebaiknya kamu mengambil
rute berjalan kaki terpanjang, yakni Uluru Base Walk. Walau panjang,
namun jalurnya tergolong mudah. Bahkan, bisa dilalui dengan kursi roda.
Hal itu enggak bikin perjalannya jadi membosankan. Kamu jadi punya
waktu lebih untuk mengamati kontur-kontur yang ada di gunung batu
raksaksa itu. Melihat ceruk tebing yang konon digunakan suku Aborigin
untuk berlindung dari cuaca ektrem dan hewan buas di masa lalu.
Kemegahan Sang Raksaksa Merah, Uluru, di Tengah Gurun Australia. | via: letgotravelaustralia.wordpress.com Uluru juga disebut-sebut bisa berubah warna sesuai waktu dan musim,
tergantung efek penyaringan cahaya matahari oleh lapisan atmosfer bumi. Sebetulnya trakking di Uluru itu terbilang mudah kok. Tapi,
kamu disarankan enggak datang saat musim panas. Terik matahari akan
cepat menguras energi.
Kemegahan Sang Raksaksa Merah, Uluru, di Tengah Gurun Australia. | via: uluru.com Menyaksikan permainan sinar matahari saat sunrise maupun sunset jadi
agenda yang enggak boleh dilewatkan. Tapi, kamu disarankan enggak
mendaki puncak Uluru karena tempat ini jadi lokasi sakral bagi suku
Anangu. Terlebih pemerintah Australia juga sudah mengembalikan
pengelolaan Taman Nasional Uluru pada suku Anangu pada 1985. Sebagai
tamu, ada baiknya menghormati kepercayaan sang tuan rumah.
Kemegahan Sang Raksaksa Merah, Uluru, di Tengah Gurun Australia. | via: thecounterintuitive.com Menurut kesaksian mereka yang pernah mencoba naik, jalur pendakiannya
memang berbahaya. Angin kencang di puncak Uluru juga bikin hilang
keseimbangan yang langsung menghantarkanmu ke dasar tebing curam. Di
bagian bawah jalur pendakian memang terdapat plakat logam bertuliskan
nama-nama yang meninggal karena mendaki Uluru.
Jadi, kapan kamu mau melangkahkan kaki menjelajah Uluru?
Bunga lavender didefinisikan sebagai jiwa kota Provence, Prancis. Jika
Anda mengunjungi kota ini, di setiap penjuru arah Anda akan disambut
berhektar-hektar hamparan warna ungu dengan wangi yang membangkitkan
rasa kedamaian. Mekar sempurna dari Juni sampai Agustus, ladang bunga
ini merupakan pemandangan yang luar biasa.
Lavender merupakan bagian dari famili Lamiaceae, masih satu jenis
dengan mint, savory, dan thyme. Disinyalir tanaman lavender pertama
berasal dari pulai Canary atau Persia. Namun manfaat lavender dikenal di
penjuru dunia. Peradaban Yunani menganggap lavender sebagai salah satu
“tanaman mulia”. Bangsa Romani menggunakan lavender untuk mencuci dan
menyebutnya dengan nama “lavandula” yang berarti “mencuci”.
Bangsa Romani jugalah yang menemukan cara mengambil minyak esensial
dari lavender yang bisa dijadikan parfum. Pada era pertengahan, lavender
digunakan bukan hanya sebagai produk kecantikan, namun juga untuk
manfaat kesehatan. Tanaman ini disebut bermanfaat untuk meredakan sakit
tenggorokan, mengatasi masalah pencernaan, sakit otot, dan berbagai
penyakit kulit.
Saat ini, penanaman dan pengembangan lavender terbesar ada di
Provence. Bunga ungu ini menyimbolkan sejarah dan keindahan lokal.
Ketersediannya dimanfaatkan dalam pembuatan kosmetik, parfum, bahkan
bumbu di berbagai restoran lokal. Masyarakat Provence juga
menyelenggarakan festival dan kunjungan wisata kebun lavender. Dalam
wisata tersebut, Anda bisa menikmati keindahan dan harumnya ladang
lavender dengan sepeda, mobil, atau berjalan kaki.
Foto-foto ladang lavender yang luarbiasa indah lainnya dapat dilihat disini
Sebuah danau air asin di Turki berubah warna menjadi merah jingga akibat
surutnya debit air. Warna ini diketahui dihasilkan oleh populasi
Dunaliella algae salinas atau alga eukariotik berwarna merah yang
memiliki potensi sebagai penghasil karotenoid hingga 80 persen.
Danau Tuz Golu yang terletak di wilayah Anatolia pusat ini adalah
yang terbesar kedua di Turki. Danau air asin ini perlahan-lahan menguap
di tengah musim panas dan berubah warna menjadi merah jingga.
“Karena danau kehilangan air, kadar garam yang terus meninggi
membunuh banyak plankton yang biasanya memakan alga merah ini,” kata
Christopher Gobler, peneliti ekologi laut dari Stoony Brook University,
Seperti yang dikutip dari metrotvnews.com
Gobler mengatakan, selama musim kemarau danau menjadi daya tarik
tersendiri bagi wisatawan. Mereka dapat berjalan-jalan di dataran garam
yang kering selama musim kemarau hingga air terisi kembali pada musim
dingin.
“Saya tak merekomendasikan wisatawan minum air danau ini. Tapi memang
beberapa dari mereka membudidayakan Dunaliella algae salinas karena
sifat antioksidannya,” tambah Gobler. Danau ini juga menjadi rumah bagi fauna jenis flamingo pink. Warna
pink yang dimiliki flamingo diketahui berasal dari makanan mereka yang
sebagian besar dari ganggang.
“Ganggang ini akan dimakan oleh plankton, plankton dimakan oleh ikan
dan organisme lainnya hingga kemudian dimakan oleh flamingo,” jelas
Gobler.
Mendengar kata Papua, pasti yang terlintas di benak Anda adalah
suku-suku pedalaman. Rupanya, Papua memiliki keajaiban yang belum
diketahui banyak orang. Siap-siap terkejut karena selain salju, Papua
punya beberapa keajaiban lain! Berada di ujung timur Indonesia, Papua memiliki beragam destinasi
menarik untuk dikunjungi. Anda bisa mengarungi Danau Sentani dengan
banyak gugusan pulaunya, bercengkrama dengan suku-suku yang masih
memegang adat dan tradisi, seperti memakai koteka, atau bermain-main di
wilayah perbatasan Indonesia-Papua Nugini di Merauke. Ternyata, Papua juga memiliki banyak keajaiban. Keajaiban tersebut
ada yang berasal dari alam, buatan manusia, atau pun misteri yang belum
terpecahkan. Berikut 5 keajaiban Papua seperti yang dikutip dari goodnewsfromindonesia.org: 1. Salju di negara tropis
Ingin melihat salju di Indonesia? Datanglah ke Gunung Carstenz. Gunung
ini merupakan gunung tertinggi di Papua, dengan ketinggian 4.884 mdpl
dan menjadi salah satu dari 7 puncak benua atau yang dikenal Seven
Summit Continental. Carstenz merupakan rangkaian dari Pegunungan Jaya
Wijaya di Taman Nasional Lorentz. Di puncaknya terdapat salju abadi.
Jika anda berkesempatan terbang di atas puncaknya, salju berwarna
putih pun terlihat jelas di antara bebatuan hitam. Pemandangan berupa
bebatuan abu-abu yang besar-besar, Danau Biru, tidak ada kehidupan, dan
awan yang menyelimuti Carstenz pun terlihat jelas. Jika ingin mendaki Carstenz, Anda harus menyiapkan perbekalan dan
fisik untuk mendaki selama 11 hari. Pendakian Carztens dapat dimulai
dari Sugapa di kabupaten Puncak Jaya. Dari Sugapa, Anda dapat menyewa
porter dengan biaya sekitar Rp 500rb – 1 juta per harinya.
Untuk menapakan kaki di Puncak Carstenz, Anda juga harus bisa teknik
tali-menali. Sebabnya, Anda harus menyeberangi jurang setinggi 100 meter
dengan cara menggantungkan diri dan merambat di tali di udara untuk
berdiri di tempat turunnya salju di Indonesia ini.
Puncak Carstenz adalah titik tertinggi di sebuah pulau yang tertinggi di dunia seperti yang dapat anda lihat daftarnya disini
Puncak Carstenz menjadi salah satu dari tujuh puncak tertinggi dari
tujuh benua di bumi yang dikenal dengan sebutan Seven Summits yang dapat
anda baca disini 2. Pasir putih di atas bukit
Jika biasanya pasir putih identik dengan pantai, maka berbeda di Wamena,
sebuah distrik di Kabupaten Jaya Wijaya, Papua. Di sini Anda akan
dibuat takjub melihat hamparan pasir putih yang ada di atas bukit.
Ajaib!
Bukit tersebut bernama Bukit Sumpula. Cukup mudah untuk datang ke
sana. Dari Kota Wamena, hanya memakan waktu sekitar 45 menit saja. Ada 6
tempat di sini yang memiliki hamparan pasir putih. Rerumputan menjadi
alas berpijak setibanya di sana. Namun, pasir putih tersebut akan
terlihat saat Anda mendaki bukit tersebut. Pasir putih di sini terhampar
luas dan sangat halus.
Anda hanya dikenakan biaya sukarela untuk naik ke atas bukitnya.
Cukup melelahkan memang untuk mendaki sampai di atas puncaknya. Tapi,
dari atas ketinggian, Anda akan melihat pemandangan kontras antara
rerumputan hijau, batu berwarna abu-abu, Pegunungan Jaya Wijaya yang
berwarna hijau bagaikan pagar raksasa, dan pasir yang berwarna putih.
Memang, Wamena tidak mempunyai pantai. Tapi bukit berpasir putih ini
cukup memberitahu tentang anak-anak di Wamena, bagaimana rasanya
bermain-main di tepian pantai. Anda akan benar-benar terbius. 3. Mumi di pedalaman Indonesia
Tidak perlu jauh-jauh ke Mesir untuk melihat mumi. Di Wamena, terdapat
mumi Papua yang rupanya tidak kalah ‘seram’ dari mumi di Mesir. Warnanya
hitam dan lekuk tubuhnya terlihat jelas. Mumi tersebut tidak dalam
posisi tidur, melainkan duduk sambil kedua tangan memegang lutut dan
kepala yang mendongkak ke atas.
Mumi Papua ini tidak dibalut perban dan jumlahnya sekitar 6 di
Wamena, yang paling terkenal adalah di Kampung Sompaima, Distrik Kurulu.
Proses pembuatan mumi ini yaitu dijemur dan dikeringkan di gua. Mayat
yang dijadikan mumi pun bukan orang sembarangan. Mumi-mumi tersebut
adalah para kepala suku atau panglima perang. Umurnya? Sekitar 300
tahun!
Yang lebih mencengangkan lagi, mumi ini bukan sebagai tradisi atau
ritual. Para kepala suku atau panglima perang tersebut, berpesan untuk
dijadikan mumi agar memberikan kesejahteraan bagi para suku dan
masyarakatnya.
Untuk melihat mumi ini, Anda pun diwajibkan untuk membayar uang
sekitar Rp 100-150 ribu per rombongan. Uang tersebut pun menjadi
pemasukan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, masyarakat sekitarnya
juga menjual beragam suvenir untuk Anda beli sebagai oleh-oleh. Suvenir
tersebut berupa kalung taring babi hingga noken. Benar-benar
mensejahterakan bukan? 4. Lukisan misterius di Gua Kontilola
Satu lagi keajaiban dari Wamena, Gua Kontilola. Gua ini letaknya sekitar
1 jam dari Bandara Wamena. Untuk memasuki gua ini, Anda harus mendaki
tangga-tangga alami dan menjelajahi hutan sekitar 10 menit. Setibanya di
mulut gua, terdapat aula besar dengan udara lembab dan bau dari kotoran
kelelawar.
Gua ini merupakan gua horizontal. Namun, untuk masuk ke dalamnya Anda
harus menyediakan peralatan lengkap seperti senter, sepatu boots, helm,
dan pengaman lainnya. Sehingga, Anda hanya bisa sampai di aula besarnya
saja jika tidak membawa perlengkapan yang lengkap. Tak perlu kecewa,
dari aula besar gua ini Anda dapat melihat suatu keajaiban yang juga
menjadi misteri.
Ya, misteri tersebut adalah beberapa lukisan yang ada di dinding gua
setinggi 3 meter. Lukisan itu pun dapat Anda lihat jelas dengan mata
telanjang. Anehnya, lukisan tersebut tidak menggambarkan rupa
orang-orang Papua, melainkan menggambarkan manusia dengan bentuk yang
aneh.
Bentuknya memang menyerupai bentuk tubuh manusia. Akan tetapi, jika
diperhatikan, kepalanya berbentuk bulat seperti bola dan tidak memiliki
rambut. Matanya pun bulat sempurna, tidak seperti manusia pada umumnya.
Selain itu, jari tangan yang ada pada lukisan tersebut berjumlah empat.
Berbeda dengan manusia yang berjari lima. Hii! Menurut masyarakat setempat, lukisan ini telah lama ada di dalam gua.
Mereka pun percaya bahwa ini adalah peninggalan leluhur. Gua ini memang
belum banyak dikenal oleh traveler. Jadi, masih menjadi misteri yang
belum terpecahkan. 5. Telaga Biru yang Berwarna Hijau
Satu tempat di Papua yang belum dijamah para traveler adalah Telaga Biru
di Distrik Maima, Wamena. Dari Distrik Maima, Anda harus trekking dari
Distrik Maima untuk tiba di Telaga Biru.
Telaga ini tersembunyi di balik bukit terjal, dikelilingi tebing
hijau yang menghalanginya dari lanskap sekitar. Telaga ini pun dianggap
sakral oleh masyarakat setempat. Konon, telaga ini adalah tepat
munculnya manusia pertama kali di bumi.
Keajaiban di telaga ini adalah dari warnanya yang hijau toska. Entah
darimana asal warna hijau tersebut. Selain itu, larangan untuk berenang
di sini pun harus dipatuhi oleh para turis. Menurut masyarakat setempat,
dulu ada turis yang berenang dan menemukan Honai (rumah adat Suku Dani)
di dalam telaganya. Percaya?
Pemandangan pantai memang sungguh menyuguhkan keindahan yang begitu
menakjubkan yang tiada tara dan pastinya sangat berkesan. Mungkin
diantara pembaca artikel ini pasti ada yang pernah pergi ke pantai untuk
berlibur disana dan pastinya sangat mengasikkan bila sudah berada
disana. Kota tepi pantai terindah didunia ini memang sangat enak untuk
dilihat yang mana kita bisa melihat sunset di saat matahari mulai
tenggelam. Dan itu semua bisa dilihat ditepi kota-kota tersebut yang
memang terletak diatas tebing tepi pantai yang indah dan juga menawan. Kota-kota berikut ini begitu beruntung, Selain letaknya di pesisir
pantai, membuatnya memiliki dua suasana berbeda yang bila digabungkan,
yaitu suasana kota dan pantai. Kota tepi pantai terindah didunia ini sudah menjadi buruan para turis untuk menghabiskan waktu berlibur dimusim panas.
Dibawah ini adalah artikel mengenai kota tepi pantai terindah di dunia yang dikutip dari berjambang.blogspot.com.
1. Sydney, Australia
Kota tepi pantai terindah didunia yang ini terletak di pantai Bondi di
Sydney adalah yang membuat kota ini jadi salah satu kota pantai terbaik
di dunia. Pantai Bondi yang menghadap ke Samudra Pasifik begitu dekat
dengan kota, sehingga membuat suasana pantai jadi bagian penting kota
Sydney. Pantai ini juga merupakan pantai yang terkenal sebagai salah
satu destinasi wisata selancar terbaik di dunia.
2. Valencia, Spanyol
Kota Valencia berada di pesisir Laut Mediterania, dan merupakan tempat
berlibur yang tepat bagi para pencinta pantai. Setiap pantai memiliki
keramaian dan kemeriahan sendiri, dengan bar danrestoran yang seru untuk
dikunjungi saat musim panas.
3. Dubai, Uni Emirat Arab
Wisatawan tipe apapun Anda, pasti akan suka dengan Kota tepi pantai terindah didunia
dengan pantai-pantai no satu di Dubai. Kota moderen yang super mewah
ini tak hanya menawarkan pusat perbelanjaan kelas atas, tapi juga
pemandangan pantai yang indah. Favorit wisatawan biasanya adalah Pantai
Jumeirah atau Pantai Palm, namun bagi Anda yang ingin privasi lebih bisa
mengunjungi pantai-pantai yang masuk dalam kawasan hotel bintang lima.
4. Miami, Amerika Serikat
Belum membicarakan kota pantai bila belum menyebut Miami. Setiap distrik
di kota ini memiliki pantainya masing-masing, dan menawarkan hal yang
berbeda bagi wisatawan. Misalnya PantaiSouth Beach yang kerap dikunjungi oleh selebriti atau North Miami Beach bila ingin berinteraksi dengan warga setempat.
Jejak radioaktif masih ada di sekitar reaktor Fukushima Dai-ichi yang
luruh akibat gempa dahsyat 9 skala Richter dan gelombang gergasi yang
menyusul tak lama kemudian pada 11 Maret 2011.
Unsur radioaktif menyusup masuk ke makhluk hidup. Kupu-kupu yang
bentuknya abnormal, anak kelinci yang fisiknya tak wajar, ikan ‘Mike the
Murasai’ yang mengandung cesium 2.500 kali aturan batas aman radiasi,
juga sayuran dan buah ‘mutan’ yang bentuknya mengerikan.
Buah abnormal akibat radiasi nuklir Fukushima (selengkapnya baca disini)
Dan kini, 4 tahun berlalu, keanehan lain ditemukan di sekitar reaktor nuklir itu: bunga daisy ‘mutan’.
Foto-foto bunga daisy dengan bentuk tak wajar menyebar luas di media
sosial Negeri Sakura, setelah seorang pengguna Twitter, @san_kaido
mem-posting foto kembang berwarna kuning dan putih yang telah bermutasi
bulan lalu.
Dalam keterangannya, ia menyebut, bunga-bunga tersebut ditemukan di
Nasushiobara, yang berjarak sekitar 110 kilometer dari PLTN Fukushima.
Ada batang tanaman yang dempet satu sama lain, hingga berbentuk mirip sabuk, juga bunga yang saling gandeng.
Bunga daisy mutan ditemukan di sekitar reaktor nuklir Fukushima yang luruh “Sejumlah bunga melengkung ke bawah dan bentuknya mirip cincin. Level
radiasi mencapai 0,5 sievert pada ketinggian 1 meter di atas tanah,”
tulis San Kaido seperti dikabarkan Fukushima Diary, seperti yang dikutip
Liputan6.com dari News.com.au.
Sejak luruhnya reaktor nuklir Fukushima, sejumlah penduduk setempat
melaporkan temuan sayur dan buah yang cacat yang diduga akibat paparan
radiasi level tinggi. Juga seekor kelinci yang lahir tanpa telinga
ditemukan di zona radiasi. Misi bersih-bersih
Keberadaan tanaman dan hewan aneh terkuak setelah ribuan orang datang
untuk bekerja, menggosok, dan mengenyahkan radiasi dari desa-desa
sekitar Fukushima.
Misi tersebut dilakukan di area seluas ratusan kilometer persegi di
sekitar reaktor. Bahkan tak ada batu yang dilewatkan. Para pekerja
mengikis lapisan atas tanah di lapangan, halaman sekolah, di sekitar
bangunan. Juga membersihkan debu radioaktif pada sebuah benda di
rumah-rumah, bangunan, sekolah, juga aspal jalan.
Setidaknya 20 ribu orang, yang semuanya mengenakan sarung tangan,
masker, dan sepatu boot khusus –seragam wajib pekerja industri nuklir–
dikerahkan dalam upaya bersih-bersih itu.
Sementara itu, 2,5 juta kantung hitam berisi tanah, tanaman, dan
dedaunan yang terkontaminasi dikumpulkan –demi memulihkan “kota hantu”
itu menjadi area layak huni kembali. Itu berarti mereka yang dievakuasi 4
tahun lalu bisa kembali ke rumah mereka.
Bunga daisy mutan ditemukan di sekitar reaktor nuklir Fukushima yang luruh Pemerintah di Tokyo mengatakan bahwa saat ini, orang yang tinggal di
sana akan terkena tingkat radiasi lebih dari 20 millisieverts (mSv) per
tahun.
Aturan yang disepakati secara global hanya menerima penyerapan
radiasi 1 mSv per tahun, meskipun Badan Energi Atom Internasional (IAEA)
mengatakan level 20 mSv per tahun tidak menimbulkan bahaya bagi
kesehatan manusia.
Meski pembersihan besar-besaran sedang dilakukan, dikhawatirkan hutan
yang ada di sekitar pemukiman dekat Fukushima berperilaku sebagai
reservoir radiasi, di mana air hujan akan meluruhkan polutan dan akan
menyebarkannya.