By andrewchristianjr - Saturday, September 26, 2015
Pada tahun 1850, Kapten Robert McClure (Inggris) memimpin sebuah
ekspedisi pencarian ke Kutub Utara untuk mencari ekspedisi yang hilang
dari Sir John Franklin yang berangkat dari Inggris lima tahun
sebelumnya. Ini adalah ekpedisi pencari kedua yang pergi mencari 129 kru
tim eksplorasi Artik, dan salah satu dari lusinan ekspedisi pencari
yang mengikuti selama empat dekade berikutnya.
Seperti yang dikutip dari versesofuniverse.blogspot.com,
Ekspedisi pencarian yang dipimpin Kapten Robert McClure berlayar ke
utara melalui Pasifik dan memasuki Samudra Arktik dengan melewati Selat
Bering, berlayar ke arah timur melewati titik Barrow, Alaska untuk
akhirnya bergabung dengan ekspedisi Inggris lainnya dari barat laut.
Ketika regu pencari McClure mendekati muara sungai Horton di Laut
Beaufort dekat Cape Bathurst di wilayah barat laut Kanada, ia melihat
asap di kejauhan. Mengira asap berasal dari api unggun yang dibuat
Franklin atau anak buahnya yang ia cari, McClure segera mengirim tim
dari beberapa anak buahnya ke darat untuk menyelidiki.
Namun ternyata asap bukan berasal dari api unggun Franklin, tapi
kolom asap tebal tersebut muncul dari ventilasi di dalam tanah. Anak
buah McClure segera kembali dengan membawa sampel dari batuan yang
membara, dan ketika mereka meletakkannya di atas meja kayu McClure,
sampel tersebut membuat lubang di kayu.
McClure mengira batu itu adalah batu vulkanik, tapi sebenarnya adalah
sesuatu yang lain. Pegunungan mengandung deposit besar yang kaya sulfur
lignit (brown coal) yang menyala secara spontan ketika bukit terkikis
dan vena mineral terpapar udara. Asap yang dihasilkan mengandung sulfur
dioksida, asam sulfat dan uap, yang semuanya telah mengasamkan
kolam-kolam dangkal sekitarnya dan menciptakan kantong khas biota asam,
yang berbeda dengan biota Arktik pada umumnya.
Smoking Hills diyakini telah terbakar selama berabad-abad, dan masih akan tetap terbakar untuk waktu yang lama ke depan.