Yakinkah
Anda bahwa negara Indonesia yang tercinta ini akan terus bersatu dan
berdaulat dengan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Beberapa contoh di bawah ini mungkin akan sedikit menggoyahkan keyakinan
Anda.
Berikut adalah 10 Negara Yang Hilang Dari Peta Bumi yang dilansir dari kepoo.me :
1. Jerman Timur, 1949-1990
Didirikan dari sebagian Negara Jerman yang dikendalikan Uni Soviet setelah Perang Dunia II, Jerman Timur
mungkin paling dikenal karena Tembok Berlin dan kecenderungan untuk
menembak orang yang berusaha menyeberang pembatas itu. Sekarang, itu
adalah hal yang bodoh menembak orang asing yang mencoba untuk memasuki
negara Anda secara ilegal, padahal orang itu adalah bangsa sendiri!
Runtuhnya Tembok Berlin mengakhiri eksprimen gagal komunisme di Jerman Timur
dan mereka diintegrasikan kembali ke dalam sisa Jerman pada tahun 1990.
Karena Jerman Timur begitu jauh di belakang sisa Jerman secara
ekonomis, maka reintegrasi dengan Jerman Barat hampir membuat bangkrut Jerman. Hari ini, bagaimanapun juga mereka telah berenang bersama dengan baik melewati masa kritis.
2. Cekoslowakia, 1918-1992
Ditempa dari sisa-sisa
Kekaisaran Austro-Hungaria tua, selama keberadaannya singkatnya itu
adalah salah satu dari beberapa Negara di Eropa yang mengelola untuk
mempertahankan demokrasi sebelum Perang Dunia Kedua. Bulan Maret 1939
negara ini telah diduduki sepenuhnya oleh Jerman dan lenyap dari peta.
Kemudian diduduki oleh
Soviet, yang mengubahnya menjadi sebuah negara satelit Uni Soviet sampai
runtuhnya bangsa itu pada tahun 1991. Pada saat itu, Cekoslowakia berusaha membangkitkan kembali negara demokrasi mereka. Namun etnis Slavia di timur menuntut negara independen mereka sendiri, hingga akhirnya kita mengenal Republik Ceko di barat, dan negara Slowakia di sebelah timurnya.
3. Yugoslavia, 1918-1992
Seperti Cekoslovakia,
Yugoslavia adalah produk sampingan dari pecahnya Kekaisaran
Austro-Hungaria pasca Perang Dunia I. Pada dasarnya Negara ini terdiri
dari bagian-bagian dari Hungaria dan negara asli Serbia, sayangnya
mereka tidak mengikuti contoh Cekoslowakia. Sebaliknya Yugoslavia
mempertahankan monarki yang otokratik sampai Nazi menginvasi negara itu
pada tahun 1941.Dengan
runtuhnya Nazi pada tahun 1945, Yugoslavia entah bagaimana berhasil
menghindari pendudukan Soviet tetapi tidak dengan Komunisme.
Di bawah kediktatoran
sosialis Marsekal Josip Tito, pemimpin Tentara partisan selama Perang
Dunia II Yugoslavia tetap sebuah republik sosialis nonblok otoriter
sampai tahun 1992, ketika ketegangan internal dan nasionalisme bersaing
mengakibatkan perang saudara. Negara ini kemudian terpecah menjadi enam
negara yang lebih kecil (Slovenia, Kroasia, Bosnia, Serbia, Macedonia,
dan Montenegro) membuatnya menjadi contoh baik apa yang terjadi ketika
asimilasi budaya, etnis, dan agama gagal.
4. Austro-Hungaria, 1867-1918
Sementara semua negara
yang menemukan diri mereka di pihak yang kalah setelah Perang Dunia
Pertama menderita secara ekonomi, dan kehilangan geografis untuk
beberapa derajat, namun tidak lebih besar kehilangan dari Kekaisaran
Austro-Hungaria. Pembubaran kekaisaran besar ini menghasilkan negara
modern Austria, Hungaria, Cekoslovakia, dan Yugoslavia, dengan
bagian-bagian lainnya bergabung ke Italia, Polandia, dan Rumania.
Jadi mengapa
Austro-Hungaria pecah ketika tetangganya, Jerman tidak?. Ternyata mereka
tidak memiliki identitas umum dan bahasa serta bukan rumah bagi
kelompok-kelompok etnis dan keagamaan. Akibatnya, ia menderita versi
skala besar dari apa yang diderita Yugoslavia, ketika dirinya sama
terkoyak oleh semangat nasionalisme. Perbedaannya adalah bahwa
Austro-Hungaria diukir oleh para pemenang dalam Perang Dunia I,
sedangkan pembubaran Yugoslavia adalah internal dan spontan.
5. Tibet, 1913-1951
Sementara tanah yang
dikenal sebagai Tibet telah ada selama lebih dari seribu tahun dan sejak
tahun 1913 dikelola menjadi sebuah negara yang merdeka. Di bawah
pengawasan damai dari rantaian Dalai Lama, akhirnya diduduki Komunis
Cina pada 1951. Pasukan Mao telah mengakhiri Tibet sebagai bangsa yang
berdaulat singkat.
Tibet semakin tegang
pada tahun 50-an sampai negara tersebut akhirnya memberontak pada tahun
1959, yang mengakibatkan aneksasi Cina dan pembubaran pemerintah Tibet. Tibet
selesai sebagai negara untuk selamanya dan Cina mengubahnya hanya
menjadi wilayah bukan negara. Meskipun hari ini tetap menjadi daya tarik
wisata besar bagi pemerintah China, Tibet masih memiliki masalah dengan Beijing, dan menuntut kemerdekaan sekali lagi.
6. Vietnam Selatan, 1955-1975
Pada tahun 1954,
seseorang merasa memiliki ide yang baik untuk membagi Vietnam menjadi
dua, meninggalkan komunis di utara dan pseudo-demokrasi di bagian
selatan. Seperti halnya dengan kedua Korea sebelumnya, demikian pula di
Vietnam sehingga perang saudara antara dua Vietnam tak terhindarkan.
Yang pada akhirnya menyeret Amerika Serikat ke dalam konflik.
Akibatnya sejarah mencatat ini adalah perang yang paling menguras biaya dan tenaga bagi Amerika. Akibat
desakan dunia Internasional dan rakyatnya sendiri, Amerika akhirnya
meninggalkan Vietnam Selatan berjuang sendiri pada tahun 1973. Dua tahun
kemudian Vietnam Selatan mengakhiri perang saudara, selanjutnya mereka
mengubah nama negara menjadi Saigon dengan Ho Chi Minh City sebagai
Ibukota.
7. United Arab Republic, 1958-1971
Dalam upaya membawa
kesatuan bangsa Arab, Presiden Mesir Gamel Abdel Nasser berpikir bahwa
ide yang bagus untuk bersatu dengan tetangga jauhnya Suriah, dalam
aliansi yang efektif akan mengepung musuh bebuyutan mereka Israel, dan
membuat mereka negara adidaya regional. Menciptakan Republik Uni Arab
adalah usaha yang tidak mudah sejak dari awal.
Jarak yang terpisah
beberapa ratus mil hampir mustahil menciptakan pemerintah pusat bersama,
sementara Suriah dan Mesir tidak pernah cukup bisa setuju pada apa yang
merupakan prioritas nasional. Kematian
Nasser pada tahun 1970 adalah sebuah anti klimaks. Tanpa Presiden Mesir
karismatik itu, aliansi menjadi rapuh bersama-sama, UAR dengan cepat
dibubarkan. Mesir dan Suriah menjadi negara sendiri-sendiri kembali.
8. Ottoman Empire, 1299-1922
Salah satu kerajaan
besar dalam sejarah, Kekaisaran Ottoman akhirnya terhenti di bulan
November 1922, setelah megah berdiri lebih dari enam ratus tahun.
Kekaisaran yang membentang dari Maroko ke Teluk Persia, dari Sudan
hingga jauh ke utara Hungaria, mengalami kemunduran secara perlahan
selama berabad-abad sampai dengan awal abad ke-20. Di tahun 1922 ketika Turki memenangkan perang kemerdekaan mereka, Kesultanan dihapuskan dan menciptakan negara Turki modern.
9. Sikkim, abad ke-8 Masehi-1975
Apa? Anda pasti belum
pernah mendengar negara ini? Serius, rasanya sangat kecil peluangnya
Anda mengetahui negara Sikkim, sebidang tanah tersembunyi, terletak aman
di Pegunungan Himalaya terhimpit India dan Tibet-Cina. Sikkim
adalah negara monarki kecil yang berhasil bertahan hingga abad kedua
puluh sebelum akhirnya menyadari bahwa tidak ada alasan yang sangat baik
untuk menjadi mandiri. Kemudian mereka memutuskan untuk bergabung
dengan India modern pada tahun 1975.
10. Uni Republik Soviet Sosialis (Uni Soviet), 1922-1991
Uni Soviet! Salah satu
negara adidaya yang benar-benar menakutkan di planet ini sampai anti
klimaks-nya pada tahun 1991. Selama tujuh dekade negara ini kokoh
berdiri sebagai benteng Marxis Stalinisme. Uni Sovyet didirikan pada
masa kacau setelah pecahnya Imperial Rusia pasca Perang Dunia I. Uni Soviet berhasil mengalahkan Nazi ketika tidak ada orang yang berpikir bahwa Hitler bisa dihentikan, memperbudak Eropa Timur
selama lebih dari empat puluh tahun, menghasut Perang Korea pada tahun
1950, dan hampir masuk ke perang terbuka dengan Amerika Serikat atas
Kuba pada tahun 1962.
Tanda-tanda runtuhnya
Uni Sovyet sudah nampak pasca runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1989,
diikuti oleh hancurnya komunisme di Eropa Timur.
Uni Sovyet pun pecah belah menjadi tidak kurang dari lima belas negara
berdaulat, menciptakan blok baru terbesar dari negara sejak pecahnya
Austro- Hungaria Kekaisaran pada tahun 1918.
0 komentar