Manado Beach Hotel (MBH) yang diresmikan mantan Presiden Soeharto
pada tanggal 11 September 1991 merupakan hotel berbintang pertama di
Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Namun, dua puluh lima tahun kemudian
kondisinya bisa dilukiskan dengan tiga kata berikut ini yakni kusam,
kumuh dan angker. Kusam dan kumuh langsung terlihat ketika
FokusManado.Com melakukan pantauan di lokasi itu, Sabtu (12/03/2016)
sekitar pukul 13.45 Wita. Halaman depan hotel penuh rerumputan yang tak
terawat.
Ketika berada di sana beberapa orang warga Mokupa sedang berjalan, kelihatannya mereka baru selesai memancing dari pantai. Dari salah satu warga ketika dimintai tanggapan soal MBH, menyebutkan, beginilah kondisi hotel MBH yang tidak lagi terawat.
"Dulu, hotel MBH begitu megah, tapi seiring waktu berlalu kondisinya begitu kotor dan tidak terurus. Kami sebagai warga tentunya sangat prihatin melihat bangunan MBH yang kini tidak lagi menggambarkan sebuah hotel, tapi mirip rumah kosong yang ditinggal penghuninya untuk pergi jauh. Jika diibaratkan, seperti rumah hantu," ujar Vikni.
Usai berbincang dengan warga, menyusuri semua bagian hotel, mulai dari lobby hingga ke kamar hotel. Di lobby masih ada lampu hias yang terpasang dan terdapat prasasti hotel yang diresmikan Presiden Soeharto 11 September 1911. Kondisi lobby hotel kusam dan kumuh. Tak jauh dari lobby, ada bangunan lima lantai. Lantai satu sampai empat terdiri dari kamar hotel, sedangkan lantai paling atas merupakan ruang pertemuan.
Seluruh bagian atap hotel mengalami kerusakan. Dinding hotel berlumut. Saat memasuki ruangan dalam langsung disambut sarang laba-laba dan debu yang menempel di dinding dan lantai keramik.
Lorong di dalam hotel gelap dan tercium aroma tak sedap. Di setiap kamar hotel sudah tidak ada perabotan satu pun. Yang terlihat hanya cermin besar ukuran 1 x 2 meter yang menempel pada dinding kamar.
Pada salah satu ruangan besar seperti convention center, banyak debu yang menebal. Beberapa kursi lipat yang telah rusak dibiarkan begitu saja di dalam ruang tersebut. Plafon di ruang Pub & Fitness sudah terjatuh hingga ke lantai. Aroma kelembaban, pengap dan hawa agak dingin sangat terasa di bagian lantai bawah hotel tak jauh dari ruang Pub & Fitness.
Beberapa kaca yang terdapat dalam ruangan tersebut pecah berserakan di lantai. Ada beberapa ruangan yang tidak bisa dimasuki karena untuk ke ruangan tersebut harus menggunakan kunci dan ruangan yang lain gelap gulita hingga menghadirkan kesan angker. Keangkeran MBH pun diakui Tali Diamantik (49) warga setempat.
"Waktu jaya-jayanya dulu hotel ini dipenuhi para tamu. Tapi semua itu tinggal kenangan," kata Tali sedih. Menurutnya, sering kali mendengarkan suara aneh dari dalam hotel yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Saya sudah sering kali mendengar suara perempuan manangis, bunyi orang sementara mandi dan suara-suara aneh yang membuat saya takut," katanya lagi, sembari menambahkan keangkeran MBH bukan hanya diketahui oleh warga setempat, tapi para tamu yang sering berkunjung ke pantai untuk berkemah.
"Waktu itu ada beberapa anak muda berkunjung ke pantai untuk rekreasi bahkan mereka ingin berkemah. Kami sudah memberikan informasi kepada mereka bahwa dilokasi MBH khususnya dipantai jangan dijadikan lokasi untuk berkemah, tapi mereka tidak menggubrisnya.
Ketika besoknya, mereka menceritakan sesuatu yang terjadi pada malam hari, dimana ketika sedang tidur ada hal-hal aneh yang terjadi. Akhirnya mereka tidak lagi melanjutkan acara perkemahan, dan langsung meninggalkan lokasi karena takut," pungkasnya. (tim)
SUMBER
Ketika berada di sana beberapa orang warga Mokupa sedang berjalan, kelihatannya mereka baru selesai memancing dari pantai. Dari salah satu warga ketika dimintai tanggapan soal MBH, menyebutkan, beginilah kondisi hotel MBH yang tidak lagi terawat.
"Dulu, hotel MBH begitu megah, tapi seiring waktu berlalu kondisinya begitu kotor dan tidak terurus. Kami sebagai warga tentunya sangat prihatin melihat bangunan MBH yang kini tidak lagi menggambarkan sebuah hotel, tapi mirip rumah kosong yang ditinggal penghuninya untuk pergi jauh. Jika diibaratkan, seperti rumah hantu," ujar Vikni.
Usai berbincang dengan warga, menyusuri semua bagian hotel, mulai dari lobby hingga ke kamar hotel. Di lobby masih ada lampu hias yang terpasang dan terdapat prasasti hotel yang diresmikan Presiden Soeharto 11 September 1911. Kondisi lobby hotel kusam dan kumuh. Tak jauh dari lobby, ada bangunan lima lantai. Lantai satu sampai empat terdiri dari kamar hotel, sedangkan lantai paling atas merupakan ruang pertemuan.
Seluruh bagian atap hotel mengalami kerusakan. Dinding hotel berlumut. Saat memasuki ruangan dalam langsung disambut sarang laba-laba dan debu yang menempel di dinding dan lantai keramik.
Lorong di dalam hotel gelap dan tercium aroma tak sedap. Di setiap kamar hotel sudah tidak ada perabotan satu pun. Yang terlihat hanya cermin besar ukuran 1 x 2 meter yang menempel pada dinding kamar.
Pada salah satu ruangan besar seperti convention center, banyak debu yang menebal. Beberapa kursi lipat yang telah rusak dibiarkan begitu saja di dalam ruang tersebut. Plafon di ruang Pub & Fitness sudah terjatuh hingga ke lantai. Aroma kelembaban, pengap dan hawa agak dingin sangat terasa di bagian lantai bawah hotel tak jauh dari ruang Pub & Fitness.
Beberapa kaca yang terdapat dalam ruangan tersebut pecah berserakan di lantai. Ada beberapa ruangan yang tidak bisa dimasuki karena untuk ke ruangan tersebut harus menggunakan kunci dan ruangan yang lain gelap gulita hingga menghadirkan kesan angker. Keangkeran MBH pun diakui Tali Diamantik (49) warga setempat.
BACA JUGA: Menelusuri Manado Beach Hotel
"Waktu jaya-jayanya dulu hotel ini dipenuhi para tamu. Tapi semua itu tinggal kenangan," kata Tali sedih. Menurutnya, sering kali mendengarkan suara aneh dari dalam hotel yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Saya sudah sering kali mendengar suara perempuan manangis, bunyi orang sementara mandi dan suara-suara aneh yang membuat saya takut," katanya lagi, sembari menambahkan keangkeran MBH bukan hanya diketahui oleh warga setempat, tapi para tamu yang sering berkunjung ke pantai untuk berkemah.
"Waktu itu ada beberapa anak muda berkunjung ke pantai untuk rekreasi bahkan mereka ingin berkemah. Kami sudah memberikan informasi kepada mereka bahwa dilokasi MBH khususnya dipantai jangan dijadikan lokasi untuk berkemah, tapi mereka tidak menggubrisnya.
Ketika besoknya, mereka menceritakan sesuatu yang terjadi pada malam hari, dimana ketika sedang tidur ada hal-hal aneh yang terjadi. Akhirnya mereka tidak lagi melanjutkan acara perkemahan, dan langsung meninggalkan lokasi karena takut," pungkasnya. (tim)
SUMBER
0 komentar